Senin, 01 Juni 2020

Menentukan Arah Angin

Syahdunya sore ditengah rinai yang turun ini membawaku pada sebuah layar netbook dan membuka sebuah laman blog yang sudah terlalu lama tidak saya bersamai, saking sibuknya dengan dunia yang dibilang fana ini. hahaha

Memasuki bulan April yang biasa orang membuat sebuah lelucon "april mop" sepertinya tidak akan ada ditengah sebuah wabah atau badai virus covid-19 ini. 
Dunia sedang tidak baik-baik saja karena serangan bertubi-tubi dari virus flu versi klimaksnya. menanggapi dari keadaan saat ini, saya jadi teringat pada sebuah cerita pewayangan, walaupun saat belum begitu paham sekali, namun pernah mendengar dari simbah bab "cakra manggilingan" sebuah  bentuk filosofi jawa kuno pewayangan yang diartikan dengan waktu, bahwa semua yang terjadi berputar seperti roda, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. masyarakat jawa yang masih mengenal kejawen tentunya paham dengan hal ini, terutama simbah-simbah kita yang sudah puluhan tahun merasakan manis getir pahitnya kehidupan dunia. 
Namun, untuk kali ini saya tidak akan bercerita mengenai corona, saya sendiri pun cemas dan khawatir kalau berdiskusi mengenai wabah ini, yang bisa kita lakukan hanya menjaga diri dan badan selalu sehat. Dari berbagai himbauan, virus ini dapat sembuh dengan sendirinya jika imunitas kita bagus, berarti hanya tinggal mengelola pola makan dan mental saja bukan supaya bisa berjalan dengan baik dan seimbang. Tapiiiii .... apakah iya kita se egois itu hanya memikirkan diri sendiri ketika wabah ini menyerang ? tentu saja tidak. Banyak orang-orang baik diluar sana yang insyaAllah selalu mengulurkan bantuanya ditengah wabah. aaamiin.... saya ingin menuangkan keluh kesah disini mengenai penanganan corona dan uborampe disekitarnya. 

Ngomong-ngomong soal menjelang bulan April, saya ingin bercerita mengenai sedikit pengalaman yang terjadi di tahun pertama 2020 ini. memasuki usia 26 tahun yang masih akan panjang sampai bulan Desember 2020, tentunya tidak mudah hanya bermodal kalimat motivasi dan video-video penyemangat, karena bagi saya segala hal yang terjadi di luar dari diri kita atau biasa yang disebut eksternalnya diri hanya menyumbang 10% buat diri kita, selebihnya ya diri kita sendiri sebagai penyemangat dan kekuatan untuk terus berjalan. 

Tahun 2020 ini saya berencana menyelesaikan tulisan saya, sebenarnya si naskah ini sudah saya mulai sejak tahun 2018 akhir, namun karena memang saya terlalu sibuk dengan kegiatan dan waktu tenang yang sangat sulit kudapatkan, maka si naskah ini sampai sekarang belum juga selesai. Menulis itu bagi saya kegiatan sakral, dimana harus perlu kekhidmatan ketika kita menuangkan sebuah pikiran kedalam sebuah kalimat hingga paragraf. Sama halnya dengan menuangkan pikiran atau uneg-uneg didalam blog, perlu kerangka dan tentunya alur ketika kita akan menuliskannya (tapi saya terhitung sangat hancur soal alur dan kerangka), jadi kadang cerita yang saya tuangkan itu maju-mundur , duh apa ya bahasanya (saya bukan pembaca novel, jadi alurnya tidak begitu paham). Untung saja saya peernah sedikit belajar dari teman saya yang jago banget menulis. Alhamdulillahnya sedikit paham dan tercatat di otak. Penulis yang masih mbuh-mbuhan seperti saya ini tentunya masih harus banyak belajar, meski sebagai bentuk semangat "yang penting nulis, masalah nanti dibaca atau tidak itu urusan belakang" itu memang benar adanya. Sejauh ini saya tidak berpikiran tulisan saya kan terbit atau diterbitkan atau tidak, yang penting saya menulis, menuangkan segala apa yang saya punya didalam naskah cerita. at least, saya punya niatan untuk memberikan kisah setelah saya tiada kelak. hehehe (uwu banget kan mimpi saya wkwkw). bukanya tidak apa-apa mempunyai mimpi yang tidak sama dengan kebanyakan orang ? bukanya ada pepatah yang mengatakan bahwa "bukan mimpi namanya kalau belum ditertawakan orang-orang" ... bhaaaiiiq.

Hari-hari berganti minggu yang terus saya jalani ini tentunya menyisakan banyak sekali kisah, salah satunya bertemu teman yang sungguh memberiku pelajaran "mencintai karena rupa" , parah ya .... terkesan parah bin menggelitik untuk saya bahas dan dijadikan sebuah pembahasan serius, emmm bukan parah juga sih, hanya lebih realistis, bahwa seorang laki-laki pertama kali menilai dan melihat dari bentuk rupa si perempuan tersebut. wajar memang, saya paham. tapi teman satu saya ini sungguh unik, pernah dalam sebuah diskusi saya menanyakan kepadanya tentang bagaimana pertama kali si orang ini memandang perempuan , dia menjawab : akan melihat dari wajahnya, dia perawatan atau tidak. Pertama kali mendengar saya tertawa terbahak-bahak, laki-laki ini standartnya tinggi juga, heran juga dari mana asal muasal penilaian pertama pada perempuan dilihat dari dia perawatan atau tidak wkwkwk. Bhaiq. penjelasan disini adalah, pertama laki-laki menilai dari fisik gais. Semakin dewasa seorang perempuan kalau saya setuju sih perempuan harus menjaga penampilan dan kebersihannya. Inget pepatah jawa yang sering dikumandangkan simbah wkwkw "Cah wadon kok jorok" masih terngiang-ngiang dikepala saya sampai 26 tahun. jika point ini yang dimaksud, saya sepakat 100% bahwa perempuan itu harus menjaga kebersihan badanya, hanya saja standart dari itu semua tidak dipatok pada si perempuan perawatan di klinik kecantikan atau tidak, pernah dong denger body shameing ... hahaha

Saya simpulkan bahwa penampilan itu nomor 1 gais yang dilihat oleh mata, itu karena alhamdulillah kita bisa melihat, otomatis awal mula yang paling terlihat.
tapi tenang, untuk menenangkan diri sendiri (read:saya) dimana muka pas-pasan, jerawatan, bin mbladus, maka saya menyimpulkan bahwa perempuan itu harus "besus" dalam arti prigel, trampil, lan resikan. kui modal, senajan awake dewe orak pinter-pinter banget (ning menurutku yo kudu pinter). Entah walaupun diri ini masih punya angan-angan melanjutkan study S2 yang entah kapan, namun saya berharap, saya ingin belajar walau tidak dibangku formal lagi.

Anyway, kembali ke persoalan perempuan. Perempuan itu menurut saya bisa dikatakan "cantik" apabila dia pinter dan cerdas, plus bisa merawat dirinya. percuma saja jika mulus kulit saja tapi isinya kopong, namun sebaliknya juga, jika isinya luar biasa, tapi tidak bisa merawat diri. so far, diri ini juga masih belajar, log life education hehe
jadi itu hanya segelintir rangkuman ketika saya menanyakan hal yang menyangkut tema itu pada teman-teman saya.

Bye !

Menentukan Arah Angin

Syahdunya sore ditengah rinai yang turun ini membawaku pada sebuah layar netbook dan membuka sebuah laman blog yang sudah terlalu lama tida...